Kasus mabuk kecubung baru-baru ini mengejutkan warga Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dua orang dilaporkan meninggal dunia dan 44 orang lainnya dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum akibat efek kecubung. Kasus ini mengundang perhatian publik dan pihak berwenang untuk segera menindaklanjuti dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
Direktur RSJ Sambang Lihum, Yuddy Riswandhy Noora, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima 44 pasien yang diduga mabuk kecubung. Dari jumlah tersebut, dua orang meninggal dunia, masing-masing berusia sekitar 20 dan 40 tahun. Penambahan pasien terus terjadi, dengan jumlah awal 39 orang yang kemudian bertambah menjadi 44 orang pada Sabtu, 13 Juli 2024.
Dr. Firdaus Yamani, Psikiater Konsultan Adiksi RSJ Sambang Lihum, mengungkapkan bahwa kondisi pasien yang datang akibat mabuk kecubung sangat memprihatinkan. Mereka menunjukkan gejala seperti gelisah, bicara meracau, dan kesulitan tidur. Untuk menangani gejala-gejala tersebut, tim medis memberikan suntikan penenang dan obat-obatan lain yang dapat membantu mereka tidur dan merasa lebih tenang.
Berdasarkan pemeriksaan sementara, diduga para korban mengonsumsi buah kecubung yang dicampur dengan bahan kimia lainnya, seperti alkohol. Dugaan ini masih perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut untuk memastikan komposisi campuran yang dikonsumsi oleh korban.
Dr. Firdaus menjelaskan bahwa dua orang yang meninggal dunia mengalami depresi pernapasan. Awalnya kondisi mereka stabil, namun suhu tubuh mereka terus meningkat dan saturasi oksigen semakin menurun, hingga akhirnya tidak dapat tertolong lagi.
Sebuah video yang memperlihatkan warga Banjarmasin mabuk kecubung viral di Twitter. Dalam video tersebut, terlihat beberapa orang berdiri sempoyongan di tengah jalan, memaksa pengemudi kendaraan untuk memperlambat laju kendaraan mereka. Kejadian ini memperparah kekhawatiran masyarakat akan bahaya penyalahgunaan kecubung.
Polda Kalimantan Selatan sedang menyelidiki kasus ini. Kabid Humas Polda Kalsel, Kombes Adam Erwindi, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi para korban dan mengimbau masyarakat untuk tidak meniru perilaku tersebut karena dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan.
Pemeriksaan Medis dan Perawatan: Tim medis di RSJ Sambang Lihum terus memberikan perawatan intensif kepada pasien yang mengalami efek mabuk kecubung. Pemeriksaan laboratorium juga dilakukan untuk mengetahui campuran bahan kimia yang dikonsumsi korban.
Penyelidikan Lebih Lanjut: Polda Kalsel bekerja sama dengan pihak terkait untuk menyelidiki asal usul dan distribusi kecubung yang dicampur bahan kimia. Langkah ini penting untuk mencegah penyalahgunaan kecubung di masa depan.
Edukasi dan Sosialisasi: Masyarakat perlu mendapatkan edukasi tentang bahaya penyalahgunaan kecubung. Sosialisasi dilakukan melalui media massa dan kampanye langsung di komunitas-komunitas lokal.
Pengawasan Ketat: Pengawasan terhadap penjualan dan distribusi bahan kimia yang dapat dicampur dengan kecubung diperketat. Ini untuk memastikan bahan-bahan tersebut tidak jatuh ke tangan yang salah.
Kasus mabuk kecubung di Banjarmasin menyoroti bahaya penyalahgunaan bahan-bahan alami yang dicampur dengan bahan kimia. Diperlukan kerjasama antara masyarakat, tenaga medis, dan pihak berwenang untuk menangani dan mencegah kejadian serupa di masa depan. Edukasi tentang bahaya penyalahgunaan kecubung serta pengawasan ketat terhadap penjualan bahan kimia menjadi kunci utama dalam mengatasi masalah ini.
Baca Juga: Operasi Patuh Jaya 2024 Dimana Saja? Lokasi dan Sasaran
Baca Juga: Ini Dia Daftar Pekerjaan di Masa Depan yang Akan Populer