Tarian Lengger Maut adalah film thriller Indonesia pertama yang menggabungkan budaya lokal dengan ketegangan dan misteri. Diproduksi oleh Visinema Pictures dan Aenigma Pictures, film ini menampilkan budaya tarian Lengger khas Banyumas dengan sentuhan cerita suspense. Film ini dibintangi oleh Della Dartyan dan Refal Hady, yang masing-masing berperan sebagai Sukma, seorang penari lengger, dan dr. Jati, seorang dokter misterius yang baru datang di Desa Pagar Alas.
Film ini bercerita tentang dr. Jati, seorang dokter yang baru bertugas di Desa Pagar Alas. Di balik penampilannya yang tenang, dr. Jati menyimpan obsesi yang mengerikan terhadap jantung manusia. Ketika bertemu dengan Sukma, seorang calon penari lengger, dr. Jati merasakan ketertarikan yang kuat. Tarian Sukma tidak hanya membuat jantungnya berdegup kencang, tetapi juga memicu sisi gelap dalam dirinya. Di tengah suasana desa yang mulai mencekam karena banyaknya warga yang hilang, Sukma menjalani ritual untuk menjadi penari lengger penuh dengan Indang, roh pelindung yang dipercaya menjaga sang penari.
Film Tarian Lengger Maut mengemas thriller dengan unsur budaya lokal. Adegan-adegan mencekam terlihat dari berbagai aspek seperti pengambilan gambar, tata cahaya, dan scoring yang berhasil membangun suasana tegang. Film ini menggunakan warna kehijauan dan kekuningan untuk menciptakan kesan kelam, dengan sentuhan warna merah yang simbolik menggambarkan bahaya serta gairah. Setiap detail ini menambah intensitas suasana, membawa penonton dalam atmosfer misterius yang mencekam.
Salah satu kekuatan utama film ini adalah performa akting Della Dartyan dan Refal Hady. Della Dartyan, sebagai Sukma, tampil totalitas dengan berlatih tarian lengger selama lebih dari sebulan di Purwokerto bersama maestro tari setempat. Ia harus menghadapi tantangan berat saat syuting, seperti menahan dingin di kaki Gunung Slamet hanya dengan pakaian penari tradisional. Sementara itu, Refal Hady berperan sebagai dr. Jati, seorang dokter yang memiliki sisi psikopat. Ia bahkan melakukan latihan membedah ayam dan katak untuk mendalami karakter dokter pembunuh yang diperankannya.
Walaupun film ini berhasil menghadirkan suasana mencekam, beberapa penonton merasa bahwa elemen budaya tari Lengger kurang dieksplorasi secara mendalam. Tradisi ritual dan roh pelindung Indang yang menjadi bagian penting dalam budaya Lengger hanya terlihat sekilas. Beberapa penonton berharap ada penjelasan lebih mendalam tentang ritual yang harus dijalani oleh penari Lengger serta makna dari roh Indang bagi mereka.
Namun, di sisi lain, film ini patut diapresiasi karena berhasil memperkenalkan budaya lokal Indonesia dalam format thriller yang menarik bagi penonton muda. Visi sang sutradara, Yongki Ongestu, adalah mengubah stigma negatif tentang tarian Lengger dan mengangkatnya sebagai warisan budaya yang kaya akan nilai. Dengan kolaborasi bersama seniman lokal dan alunan gamelan yang memperkuat suasana, film ini menawarkan pengalaman berbeda untuk para penonton.
Film Tarian Lengger Maut memiliki akhir yang menggantung, menimbulkan berbagai spekulasi dari penonton. Beberapa penonton merasa kurang puas dengan ending yang disajikan, mungkin karena narasi thriller yang lebih berfokus pada kejadian di desa tanpa plot twist yang mengejutkan. Namun, open ending ini juga membuka kemungkinan untuk pengembangan cerita lebih lanjut di sekuel berikutnya.
Tarian Lengger Maut menjadi pilihan menarik bagi mereka yang menyukai film thriller dengan latar budaya Indonesia. Meskipun beberapa aspek cerita masih terasa setengah matang, film ini tetap berhasil memberikan pengalaman sinematik yang menghibur dan mendebarkan. Penggabungan elemen budaya, atmosfer yang mencekam, serta performa akting yang totalitas menjadikan film ini layak untuk ditonton. Jika Anda tertarik dengan budaya Lengger atau sekadar ingin menikmati ketegangan dalam suasana lokal, Tarian Lengger Maut bisa menjadi pilihan film yang patut Anda saksikan.
Baca Juga: Rekomendasi Film Kolosal Indonesia yang Wajib Ditonton, Seru!
Baca Juga: Rekomendasi Anime Dewasa 18+ Terbaik, Banyak Adegan Panas